Kamis, 14 Oktober 2010

SUMBANGSIH PADA DUNIA PERFILMAN





Festival Film Indonesia (FFI) merupakan ajang penghargaan tertinggi bagi dunia perfilman pertama kali diselenggarakan pada tahun 1955 dan berlanjut di tahun 1960 dan 1967 (dengan nama Pekan Apresiasi Film Nasional), sebelum akhirnya mulai diselenggarakan secara teratur pada tahun 1973.
Mulai penyelenggaraan tahun 1979, sistem Unggulan (Nominasi) mulai dipergunakan. FFI sempat terhenti pada tahun 1992, dan baru diselenggarakan kembali tahun 2004.
Sejak Piala Citra dirancang oleh almarhum Gregorius Sidharta pematung asal Jogjakarta, piala ini walaupun berkali-kali mengalami modifikasi bentuk, belum pernah berubah secara esensi. Patung kecil sebagai penghargaan tertinggi pekerja kreatif film yang terbuat dari kuningan bersepuh warna emas dan terbungkus bahan akrilik buatan Pak Dharta ini sangat kuat impresinya hingga mampu bertahan puluhan tahun sebagai lambang supremasi kreatif 'orang film'.


" Dari tahun 2004, FFI minta kepada saya untuk merancang Piala Citra Baru. Saya berfikir piala yang selalu berubah, kehilangan identitasnya.Tapi panitia FFI berpendapat lain"


Festival Film Indonesia nyaris terkubur setelah mengalami koma selama dua belas tahun (1992-2004) kalau saja Djoni Sjafruddin dan Jero Wacik, dua orang yang paling bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup "seni mutahir" waktu itu, tidak segera melakukan upaya menyelenggarakannya kembali tahun 2004.






"Bahan akrilik model begini ude nggak in lagi dan gampang rusak. Piale gue berape aje yang direparasi. Pade copot, rontok,..berarakan..!" kata Dedddy Mizwar disela persiapan FFI'2008 di Bandung.
Deddy sebagai ketua Badan Pertimbangan Perfilman sejak 2006  berpendapat bahwa piala desain lama sudah tidak dapat lagi mengakomodir perkembangan jaman. Postur piala yang sulit digenggam dan mudah terguling. Belum lagi soal bahan yang ringkih hingga mudah rusak dan out off date

Musyawarah BP2N menunjuk Heru S Sudjarwo sebagai perancang "Piala Citra Baru".
" Ane keberatan Ji. Orang pilem itu nyinyir. jangankan ane kerje jelek, kerje bagus aje ane pasti dihujat! Ntar ane kelojotan sendirian ..." Heru mencoba mengelak, bukan saja keresahan terhadap sikap kritis teman-teman sejawatnya di film yang berlebihan, tapi sesungguhnya sikap hormat terhadap 'Pak Dharta' seniornyalah yang menyebabkan sejak 2004 piala ini akan dirubah, ia selalu berusaha menghindar.


" Jadi, pegimane urusannye dong Her.." Suara Deddy sangat teatrikal.
" Ane usul, bikin lomba. Ane nggak keberatan jadi ketue jurinye". Menghisap rokoknya.
" Ahhh..kelamaan, lagian gue pusing mikirin hadiah buat seniman. Gue kasi duit, sehari abis. Gue kasi umroh, banyakan nyang kagak siapnye...hehehehehehe" Haji Deddy lagi.


"Betapa mudahnya orang meniru setelah sebuah karya diciptakan.
Sejauh ini penyelenggara masih memberikan pembuatannya kepada perancang sebagai benefit atas jerih payah mereka"



Membuat lomba Rancangan Piala Citra dianggap terlalu panjang prosesnya. Maka tanggal 6 Oktober 2008 BP2N membentuk Badan Perubahan dan penyusunan Rancangan Piala Citra beranggotakan 5 orang senirupawan dari berbagai disiplin. Mereka adalah : Heru S Sudjarwo (Jakarta), sebagai ketua merangkap anggota, Prof. DR. Yusuf Affendi (Jakarta), Drs. Dan Hisman Kartakusumah (Bandung), Indros Sungkowo (Jogjakarta) dan Bambang Nurcahyo (Bandung), sebagai anggota.
Awalnya merekalah yang diharapkan menjadi juri dalam lomba perancangan, namun dengan berbagai pertimbangan teknis badan ini merancang 6 pilihan piala, 3 diantara pilihan user, Sapta Tunggal Plus yaitu organisasi -organisasi orang film yang bernaung di BO2N di publikasikan secara luas melalui media televisi untuk dipilih masyarakat se Indonesia melalui polling SMS.


" Suasana panggung FFI-Bandung bernuansa CITRA,
sebuah kebanggan tersendiri bagi para perancang"




Panggung dan seputar 'gazibu' Gedung Sate Bandung berhiaskan piala Citra, diantaranya bahkan dalam ukuran raksasa saat untuk pertama kali piala ini diberikan pada insan terbaik perfilman Indonesia.

Pemirsa televisi telah ikut andil besar memutuskan yang terbaik dari beberapa rancangan hasil kerja tim perancang Pila Citra Baru.

"Nah kalo orang film mau hujat, hujat aje orang se Indonesiaaa..." Heru terkekeh.



Sambil melirik beberapa Citra yang pernah diraihnya ...




Heru S Sudjarwo, S.Sn. Ketua

Sutradara dan Penata Produksi anggota Karyawan Film dan Televisi Indonesia (KFT) ini mengawali karir sebagai penata Artistik film bioskop, diantaranya; Bukan Sandiwara(1981), R.A. Kartini (1982). Bersama Sutradara Syuman Jaya. Wolter Mongisidi (1983). Bersama Franky Rorimpandey dan Catatan Si Boy (1984) bersama Nasri Chepi
Sejak 1984 mengkhususkan diri sebagai Production Designer, menghasilkan diantaranya : Cinta Dibalik Noda, Serpihan Mutiara Retak, Bibir-bibir bergincu, Kidung Cinta, Pengantin Pantai Biru, Jaka Geledek, 7 Perempuan Dalam Tugas Rahasia, Rara Jonggrang dll.
Tahun 1986 bergabung dengan Fortune Advertising sebagai Film Director, menghasilkan diantaranya film Iklan: KB Lingkaran Biru, Sampurna A, Bank Surya, Danamas dll. menghasilkan 2 Citra Pariwara, penghargaan terbaik karya Iklan.
Disela kegiatan sebagai desainer produk cetakan sekuritas, mengajar desain grafis, menjadi juri FFI bidang film pendek, ia rajin menulis dan menggambar wayang yang akhirnya terbit dalam kajian rupa dan karakter wayang purwa 1200 halaman yang menharumkan bangsa dipameran buku internasional Frankfurt Buchemesse - germany 6-10 Oktober 2010.


Prof. Drs. Yusuf Affendi Djalari, MA Anggota

Guru Besar, Dekan Fakultas Senirupa dan Desain Universitas Trisakti. Lahir di Jakarta 3 Agustus 1936 selain mengajar di Fakultas yang dipimpinnya, ia aktif melukis dan berpameran secara rutin baik tunggal maupun bersama-sama senirupawan alumnus ITB.
Alumnus Magister Art & Design, Rochester Institution Of Technology, New York, USA tahun 1971 ini melahirkan buku-buku senirupa diantaranya: Indonesia Heritage “Ensiklopedia – Visual Art, Buku ke Vll, Didier Millet,Singapore, London dan Indonesia Indah, Buku ll dan lll, Yayasan TMII, 1993.

 
Drs. H. Dan Hisman Kartakusumah Anggota

Lahir di Sumedang Jawa Barat, 7 November 1942, menyelesaikan studi senirupa di Institut Teknologi Bandung Jurusan Seni Rupa & Disain. Dance, biasa ia dipanggil hingga tahun 2003 sehari-hari bekerja di Dinas Kebudayaan Pemprov DKI Jakarta. Aktif mengikuti pameran lukisan di dalam dan di luar negeri diantaranya: 1975 - Pameran Biennale X, XI di TIM Jakarta, 1995 - Pameran tunggal lukisan “Figur-figur Besi” di Galeri Balai Budaya Jakarta,1999 - Pameran lukisan Contemporary of Art Antwerp Belgium, 1999 - Pameran tunggal lukisan “Volumetrik” di Galeri Cipta II TIM Jakarta, 1999 - Pameran tunggal lukisan dan instalasi “Transformasi Kawat Duri” di Galeri Nasional Jakarta, 2006 - Pameran bersama, Biennale Jakarta 2006 “Milestones” di TIM Jakarta.
 
 
Indros Sungkowo Anggota 
Salah seorang tokoh Sanggar Bambu Jogjakarta yang legendaris, lahir di Indramayu, 24 Juni 1942. Mendapat pendidikan senirupa di ASRI jurusan seni lukis Yogyakarta. Ia begitu populer ditengah para pecinta keramik Indonesia berkat desain-desain keramiknya yang atraktif.Tahun 1981 berpameran bersama perupa Asean di Fukuoka, Jepang 1981 kemudian berpameran Keliling ASEAN (Indonesia, Singapore , Malaysia , Brunei Darussalam, Filiphina , Thailand 1982). Ia salah satu senirupawan Indonesia yang dikirim mengikuti Pameran Kebudayaan Indonesia Amerika Serikat (KIAS - USA 2002).




Bambang Noorcahyo Anggota

Lahir di  Ponorogo, di kalangan dekat ia biasa dipanggil Ibeng Noor.
1980 -1984 Sekolah Senirupa di Jogyakarta, kemudian diselesaikan di Jurusan Senirupa ITB 1993.Ia sudah berpameran tunggal pada 1979 di tempat kelahirannya kemudian sejak 1980 -1995 pameran bersama di berbagai tempat di tanah air.
1982 mendapat penghargaan dari Museum Indonesia (Karya Lukis) Depdikbud di Surabaya,1984 Pratita Adi Karya (patung dan keramik)
Work Shop :1989 “ Art in Urban Space “ bersama Prof. Dr. Otto Harbert Hajek, ITB Bandung.1990 “ Bronze Casting Work Shop ” bersama Prof. Anton Himsdet ITB, Bandung
.
Selain merancang piala Citra, bersama Heru S Sudjarwo membuat Monumen Anak-Anak Bumi - Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral yang diresmikan presiden Susilo Bambang Yudhoyono - september 200.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar