Rabu, 08 Desember 2010

DEPKOMINFO LAKUKAN STUDI DIGITALISASI WAYANG KULIT

MAKALAH SEMINAR






Saudara-saudara peserta,

Walau agak terkejut, tapi saya senang juga menerima undangan ini, bicara kepada saudara-saudara yang telah selama lebih dari 3 bulan melakukan riset, studi tentang penggunaan teknologi digital dalam produksi seni pertunjukan wayang kulit. Hal itu menandakan bahwa:

PERTAMA, tampak adanya upaya pemerintah untuk mencari sumber-sumber pemikiran diluar mainstream dunia pewayangan yang cenderung lebih senang mengelus-elus masa keemasan wayang kulit sebagai produk budaya adiluhung, yang kadang-kadang membuat 'sungkan' para peneliti masuk kedalam lingkungan 'sakral' itu.

KEDUA, baru saja saya menerbitkan buku wayang independen RUPA & KARAKTER WAYANG PURWA. Bisa jadi DEPKOMINFO berharap dari pemikir-pemikir 'pinggir jalan' macam kami, akan memunculkan gagasan orisinal. Tanpa tekanan, tanpa tendensi dan espektasi (komersial) yang berlebihan.

KETIGA,kebetulan buku wayang yang kami terbitkan dirancang, diselesaikan dan disebar luaskan dengan pendekatan teknologi digital, merupakan tarikan nafas yang sama dengan semangat penggalian yang saudara-saudara lakukan.


Ketua Tim Studi Digitalisasi Wayang Depkominfo, Moderator dan para narasumber





Apapun pertimbangannya, upaya studi ini sungguh sangat menggembirakan ditengah makin jauhnya kepedulian pemerintah terhadap seni tradisi. apalagi mau mencoba menggali, melakukan kajian untuk mempertemukan 'wayang' dengan 'digital'. Dua spesies produk budaya yang jika tidak dikenali secara baik, sesungguhnya mereka saling merugikan bahkan secara ekstrim, dapat saling membunuh.




BAGIAN 1

PENGERTIAN DIGITAL

Merupakan hasil teknologi yang mengubah sinyal menjadi kombinasi urutan bilangan 0 dan 1 (disebut juga dengan biner) untuk proses informasi yang mudah, cepat dan akurat. Sinyal tersebut disebut sebuah bit. Sinyal digital ini memiliki berbagai keistimewaan yang unik yang tidak dapat ditemukan pada teknologianalog, yaitu:

1. Mampu mengirimkan informasi dengan kecepatan cahaya yang dapat membuat informasi dapat dikirim dengan kecepatan tinggi.

2. Penggunaan yang berulang-ulang terhadap informasi tidak mempengaruhi kualitas dan kuantitas informasi itu sendiri,

3. Informasi dapat dengan mudah diproses dan dimodifikasi ke dalam berbagai bentuk,

4. Dapat memproses informasi dalam jumlah yang sangat besar dan mengirimnya secara interaktif.





BAGIAN 2

GAMBAR NON DIGITAL






























Empat tahun setelah Empat tahun setelah Indonesia merdeka R. Hardjowirogo menyusun BukuSejarah Wayang Purwa diterbitkan oleh PN Balai Pustaka pada 1949. Buku ini menceritakan wayang secara sekilas, gambar tokoh wayang dikerjakan olehWakidi, seorang maestro 'corekan', gambar asli wayang, yang dikerjakan dengan tangan dalam tehnik cetak yang sederhana.

Buku yang bertahan puluhan tahun dan 'dibabon', diduplikasi, menjadi ribuan wayang, walaupun gambar-gambar dalam buku ini terus menerus menurun kualitasnya.




Semangat yang bertentangan

61 tahun kemudian setelah R. Hardjowirogo menyusun Buku Sejarah Wayang Purwa, di era digital yang hingar-bingar, masih saja ada orang membuat buku secara ceroboh. Bukan hanya sekedar malas dan tak tahu proses digitalisasi, tapi telah menimbulkan keprihatinan sebagai sebuah kemunduran budaya.


Buku keluaran tahun 2010 ini sungguh sangat keterlaluan. Gambar diatas (sebelah kiri) menampilkan hasil scan tanpa proses retouching, tanpa proses penajaman.Gambar yang suram (out of focus), dengan garis yang merapat (nge-block), latar belakang yang kotor, menghasilkan gambar wayang dengan kualitas yang buruk. Adalah contoh kongkrit ketidakmampuan pengelolaan teknologi digital.

BAGIAN 3

SEBUAH KEPRIHATINAN 

Saya tergugah dengan perilaku beberapa penerbit yang hanya semata-mata mengejar terbit, menjual dan meraup uang. Saya pertaruhkan profesi saya sebagai sutradara untuk terjun langsung memimpin sebuah ekspedisi menelusuri wayang-wayang yang berkualitas untuk saya pindahkan menjadi gambar-gambar digital. eberapa teman kamerawan, photografer dan seniman digital yang peduli untuk meneruskan semangat Simbah Hardjowirogo ikut dalam kerja tanpa iming-iming uang dan popularitas. Sedapat mungkin memberi perimbangan atas gambar Simbah Kasidi dalam buku Sejarah Wayang Purwa yang legendaris itu.



















TO BE CONTINUED

Selasa, 19 Oktober 2010

JANGAN DEKATI DENGAN BEKAL SEADANYA





Berjalan di sepanjang Jl. Bungur Besar-Jakarta Pusat, atau Proyek Senen dari lantai satu hingga lantai tiga, bertebaran berbagai usaha hasil kriya : Piala, plakat dan berbagai piagam penghargaan termasuk juga peraga kampanye.
Tulisan ini hanya memberi gambaran sekilas tentang aktifitas seni terapan itu, dengan tentu saja harapan orang menoleh, merenung untuk kemudian bisa ikut memberikan apresiasi sepantasnya terhadap para penghayat, pengrajin, pekerja bidang industri Art & Communication ini.



JANGAN DEKATI DENGAN BEKAL SEADANYA



Seperti juga bidang pekerjaan lain, pembuatan benda-benda tanda penghargaan itupun seringkali dikerjakan dengan bekal teknik dan artistik sekenanya. Bahkan banyak diantaranya yang hanya sekedar memenuhi kebutuhan pasar yang jauh dibawah toleransi estetik yang elementer.


 Tanda-tanda penghargaan itu, secara harafiah saja sudah menyiratkan sesuatu yang bernilai, kuat, tak mudah ditiru dan tentu saja tidak 'mengganggu kesehatan' saat ia dipajang di sebuah ruang yang ditata dengansatu perencanaan khusus. Dengan demikan kemudian munculah berbagai ilmu untuk mendekati persoalan diatas, diantaranya: Teknik Cetak Sekuritas, Teknik Cor logam Mulia dsb.



BAHAN YANG KUAT & AMAN

Tidak semua user mengabaikan kebutuhan elementer itu, beberapa diantara mereka memberikan pekerjaan pencetakan sertifikat dan surat-surat berharga kepada perusahaan percetakan yang tepat (Security Printing). Menyerahkan pembuatan plakat dan pialanya kepada advertising dan pengecor logam yang terpercaya.
BEBERA PROPOSAL DESAIN OLEH HERU S SUDJARWO
Bahan (kertas) untuk piagam, sertifikat dan penghargaan, terbuat dari unsur unsur pengaman yang 'dititipkan' sejak bubur disiapkan untuk menjadi kertas siap pakai dipabriknya. Begitu 'aman'nya, hingga sampah hasil produksinyapun harus dikembalikan ke pabrik dimana kertas itu dibuat dibawah pengawasan Bank Indonesia, Kepolisian dan Botasupal (BAKIN)








DESAIN YANG TAK MUDAH DITIRU


Perancangan cetakan sekuritas sangat berbeda dengan desain grafis pada 
umumnya. Selain cantik secara optis, 
 rancangan tersebut harus memenuhi kaidah dasar untuk tidak mudah ditiru dan digandakan. sekuritas 
BEBERA PROPOSAL DESAIN OLEH HERU S SUDJARWO
Perusahaan perangkat lunak desain cetak sekuritas meluncurkan produk untuk menggantikan metal engraving yang digunakan para perancang uang dimasa silam. 

Jura Security Printing Design di Belgia mengeluarkan satu software rancang uang dan dokumen berharga yang mampu membuat desain mata uang 'seratus ribuan' hanya dalam waktu setengah jam. Dimana dimasa lalu, dibutuhkan enam bulan untuk menyelesaikannya.









FANCY

Tidak semua ijazah, sertifikat atau penghargaan dirancang dengan security device yang ketat. Piagam dari pendidikan acting PARSI mialnya, dirancang secara lucu, personal dan fancy. Namun jangan salah, perancangnya menyembunyikan pengamanan dibalik semua keindahan permukaan itu.




KEMASAN YANG INDAH


Jenny Rachman, bintang kelas satu era perfilman Syuman Djaya, menyadari betul arti 'mahal' dalam pengertian 'nilai'. Berhari-hari ia mengikuti proses kreatif perancangan trophy, medali dan sertifikat untuk Persatuan Artis Film Indonesia (PARFI) yang dipimpinnya. Sebagai juga salah satu pimpinan teras sirkuit Sentul ia faham betul menampilkan 'harkat' ditengah surutnya prestasi orang film dan cemoohan masyarakat tentang segelintir pemain film yang kadang lebih dekat dengan masalah-masalah non estetik.




Hajatan internasional Sea Games di Jakarta beberapa tahun silam pada awalnya menyerahkan rancangan dan produksi event identity dan promotin kits pada sebuah advertising terkemuka di Singapura.
Secara teknis tak ada yang kurang pada hasil kerja mereka. Tapi satu hal, seperti yang dikatakan sahabat saya Gus Adib Machrus: "Berikan kepada kami, karena kami ahlinya" itu sangat tepat. Semua yang dirancang mereka belum ada yang kena di hati Wismoyo Aris Munandar, ketua KONI Pusat waktu itu. Semua terasa steril, dingin nyaris tanpa pesan moral di dalamnya.
Sebagai produk Seni terapan, tak dapat diabaikan kearifan lokal,estetika lokal, muatan lokal, semangat lokal dan idiom-idiom nasional, yang tentu kita jauh lebih paham.
Maka Sea Games 19 di Jakarta dirancang oleh perancang lokal. Dengan maskot Anoman sebagai simbol "Duta Bangsa", Ternyata jauh lebih kena.

PERANGKAT PROMO SEA GAMES, DESAIN OLEH HERU S SUDJARWO


.................................................................................
LINK KARYA HERU S SUDJARWO
.................................................................................

http://www.facebook.com/album.php?aid=2445&id=100000019613114
http://www.facebook.com/album.php?aid=2443&id=100000019613114
http://www.facebook.com/album.php?aid=2378&id=100000019613114
.................................................................................


LINK PRODUK DESAIN SEKURITAS:
.................................................................................