Saudara-saudara peserta,
Walau agak terkejut, tapi saya senang juga menerima undangan ini, bicara kepada saudara-saudara yang telah selama lebih dari 3 bulan melakukan riset, studi tentang penggunaan teknologi digital dalam produksi seni pertunjukan wayang kulit. Hal itu menandakan bahwa:
PERTAMA, tampak adanya upaya pemerintah untuk mencari sumber-sumber pemikiran diluar mainstream dunia pewayangan yang cenderung lebih senang mengelus-elus masa keemasan wayang kulit sebagai produk budaya adiluhung, yang kadang-kadang membuat 'sungkan' para peneliti masuk kedalam lingkungan 'sakral' itu.
KEDUA, baru saja saya menerbitkan buku wayang independen RUPA & KARAKTER WAYANG PURWA. Bisa jadi DEPKOMINFO berharap dari pemikir-pemikir 'pinggir jalan' macam kami, akan memunculkan gagasan orisinal. Tanpa tekanan, tanpa tendensi dan espektasi (komersial) yang berlebihan.
KETIGA,kebetulan buku wayang yang kami terbitkan dirancang, diselesaikan dan disebar luaskan dengan pendekatan teknologi digital, merupakan tarikan nafas yang sama dengan semangat penggalian yang saudara-saudara lakukan.
Ketua Tim Studi Digitalisasi Wayang Depkominfo, Moderator dan para narasumber |
Apapun pertimbangannya, upaya studi ini sungguh sangat menggembirakan ditengah makin jauhnya kepedulian pemerintah terhadap seni tradisi. apalagi mau mencoba menggali, melakukan kajian untuk mempertemukan 'wayang' dengan 'digital'. Dua spesies produk budaya yang jika tidak dikenali secara baik, sesungguhnya mereka saling merugikan bahkan secara ekstrim, dapat saling membunuh.
BAGIAN 1
BAGIAN 1
PENGERTIAN DIGITAL
Merupakan hasil teknologi yang mengubah sinyal menjadi kombinasi urutan bilangan 0 dan 1 (disebut juga dengan biner) untuk proses informasi yang mudah, cepat dan akurat. Sinyal tersebut disebut sebuah bit. Sinyal digital ini memiliki berbagai keistimewaan yang unik yang tidak dapat ditemukan pada teknologianalog, yaitu:
1. Mampu mengirimkan informasi dengan kecepatan cahaya yang dapat membuat informasi dapat dikirim dengan kecepatan tinggi.
2. Penggunaan yang berulang-ulang terhadap informasi tidak mempengaruhi kualitas dan kuantitas informasi itu sendiri,
3. Informasi dapat dengan mudah diproses dan dimodifikasi ke dalam berbagai bentuk,
Empat tahun setelah Empat tahun setelah Indonesia merdeka R. Hardjowirogo menyusun BukuSejarah Wayang Purwa diterbitkan oleh PN Balai Pustaka pada 1949. Buku ini menceritakan wayang secara sekilas, gambar tokoh wayang dikerjakan olehWakidi, seorang maestro 'corekan', gambar asli wayang, yang dikerjakan dengan tangan dalam tehnik cetak yang sederhana.
Buku yang bertahan puluhan tahun dan 'dibabon', diduplikasi, menjadi ribuan wayang, walaupun gambar-gambar dalam buku ini terus menerus menurun kualitasnya.
Semangat yang bertentangan
Buku keluaran tahun 2010 ini sungguh sangat keterlaluan. Gambar diatas (sebelah kiri) menampilkan hasil scan tanpa proses retouching, tanpa proses penajaman.Gambar yang suram (out of focus), dengan garis yang merapat (nge-block), latar belakang yang kotor, menghasilkan gambar wayang dengan kualitas yang buruk. Adalah contoh kongkrit ketidakmampuan pengelolaan teknologi digital.
BAGIAN 3
SEBUAH KEPRIHATINAN
Saya tergugah dengan perilaku beberapa penerbit yang hanya semata-mata mengejar terbit, menjual dan meraup uang. Saya pertaruhkan profesi saya sebagai sutradara untuk terjun langsung memimpin sebuah ekspedisi menelusuri wayang-wayang yang berkualitas untuk saya pindahkan menjadi gambar-gambar digital. eberapa teman kamerawan, photografer dan seniman digital yang peduli untuk meneruskan semangat Simbah Hardjowirogo ikut dalam kerja tanpa iming-iming uang dan popularitas. Sedapat mungkin memberi perimbangan atas gambar Simbah Kasidi dalam buku Sejarah Wayang Purwa yang legendaris itu.
TO BE CONTINUED
TO BE CONTINUED